Memahami Posisi Asia-Pasifik (APAC) dalam Transformasi Pembayaran Non-Tunai Global merupakan langkah krusial dalam merespons perkembangan teknologi keuangan. Di wilayah ini, tren pembayaran non-tunai semakin mendominasi sebagai solusi transaksi yang efisien dan praktis. Namun, seiring dengan itu muncul berbagai tantangan yang perlu diatasi untuk meningkatkan adopsi dan keamanan pembayaran non-tunai di Asia-Pasifik. Dengan pemahaman yang mendalam tentang hambatan-hambatan tersebut, strategi dapat dirancang untuk memperkuat infrastruktur pembayaran dan mendukung pertumbuhan ekonomi di kawasan ini.
Tren Pertumbuhan Pembayaran Non-Tunai di Asia-Pasifik
Asia-Pasifik (APAC) mengalami lonjakan proyeksi transaksi non-tunai sebesar 108% dari 2020 hingga 2025, melampaui angka global. Dengan pemain utama seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan, APAC menjadi pemegang kunci dalam membentuk landasan keuangan digital global. Keunggulan ini mewujudkan APAC sebagai inovator utama dalam mendorong pertumbuhan pembayaran non-tunai.
APAC tidak hanya berkembang secara eksponensial dalam hal volume transaksi non-tunai, tetapi juga memegang peran krusial dalam menentukan arah masa depan keuangan digital secara global. Dengan integrasi teknologi canggih dan kemitraan strategis, APAC berhasil menciptakan ekosistem pembayaran yang efisien dan aman, menciptakan landasan yang kokoh bagi industri keuangan digital di wilayah ini.
Tantangan yang Dihadapi Wilayah Berpenghasilan Rendah di APAC
Dalam panorama pembayaran non-tunai di Asia-Pasifik, wilayah berpenghasilan rendah menghadapi sejumlah tantangan signifikan. Pertama, mencapai target biaya dan kecepatan sering kali menjadi hambatan karena keterbatasan sumber daya dan teknologi yang tersedia. Hal ini menuntut inovasi dan investasi yang lebih besar untuk meningkatkan efisiensi transaksi keuangan.
Regulasi yang ketat sering kali mebatasi kemampuan wilayah berpenghasilan rendah di Asia-Pasifik untuk mengembangkan sistem pembayaran non-tunai yang canggih dan kompetitif. Kesulitan dalam mematuhi persyaratan yang berlaku dapat memperlambat perkembangan infrastruktur pembayaran digital di wilayah ini, memaksa para pelaku industri keuangan untuk menyesuaikan diri dengan aturan yang seringkali kompleks.
Selain itu, infrastruktur usang menjadi kendala serius bagi wilayah berpenghasilan rendah di Asia-Pasifik. Keterbatasan infrastruktur teknologi seperti jaringan internet yang tidak stabil atau kurangnya akses ke layanan digital dapat menghambat adopsi pembayaran non-tunai. Hal ini menyoroti perlunya investasi dalam pembaruan infrastruktur untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi melalui sistem pembayaran yang modern dan efisien.
Ketergantungan pada bank koresponden untuk transaksi lintas batas juga merupakan tantangan yang perlu diatasi. Bagi wilayah berpenghasilan rendah di Asia-Pasifik, ketergantungan pada bank asing dapat meningkatkan biaya transaksi dan memperlambat proses pembayaran lintas batas. Solusi inovatif seperti pengembangan jaringan kerja sama regional dapat membantu mengurangi ketergantungan ini dan mempercepat proses pembayaran lintas negara.
Prioritas Responden APAC terkait Harga yang Adil dan Transparan
Seiring dengan Tantangan Pembayaran Non-Tunai di Asia-Pasifik, 73% responden APAC menunjukkan minat besar dalam beralih ke Software as a Service (SaaS) sebagai solusi. Modernisasi infrastruktur pembayaran juga menjadi krusial bagi bank dan lembaga keuangan, terutama dalam inisiatif seperti Regional Payment Connectivity. Di sisi lain, 32% institusi keuangan APAC mengidentifikasi sistem warisan sebagai hambatan utama yang perlu segera diatasi.
Tantangan dalam Pembayaran lintas Batas di APAC
Menghadapi berbagai mata uang yang berbeda di wilayah Asia-Pasifik, bank di APAC menjaga rata-rata 58 akun Nostro, menambah kompleksitas dalam pembayaran lintas B2B yang volume transaksinya terus meningkat. Ketergantungan pada hubungan perbankan koresponden juga membatasi visibilitas dan prediktabilitas, menantang pelaku industri keuangan untuk menemukan solusi yang inovatif dan efisien.
Optimalisasi Efisiensi dengan Data ISO 20022 di APAC
Dalam mengatasi Tantangan Pembayaran Non-Tunai di Asia-Pasifik, pelaku industri keuangan perlu memperhatikan deadline yang lebih awal untuk mengadopsi konektivitas ISO 20022 dalam infrastruktur pasar domestik di APAC. Tingkat penggunaan yang lebih tinggi dari Swift gpi, yang mencakup standar ISO, juga menjadi kunci dalam meningkatkan efisiensi transaksi keuangan di wilayah ini.
Selain itu, kekhawatiran terhadap likuiditas yang terjebak cenderung menjadi kurang signifikan di APAC dengan implementasi ISO 20022. Hal ini membuka peluang untuk optimalisasi proses pembayaran non-tunai, mempercepat transaksi lintas negara, dan meningkatkan kolaborasi antarpihak dalam industri keuangan di Asia-Pasifik.
Pembayaran Multi-Lateral Meningkatkan Efisiensi
Dalam menghadapi Tantangan Pembayaran Non-Tunai di Asia-Pasifik, implementasi strategis rel pembayaran multi-lateral seperti Visa B2B Connect telah terbukti efektif. Melalui platform ini, pengelolaan beberapa akun nostro menjadi lebih efisien, mengurangi biaya yang terkait. Dengan menyederhanakan transaksi lintas batas, platform ini juga meningkatkan efisiensi operasional perusahaan melalui penggunaan protokol standar yang terintegrasi.
Membentuk Kemitraan Strategis untuk Transisi SaaS di APAC
Agilitas dan adaptabilitas menjadi kunci sukses bagi bank dan lembaga keuangan dalam menghadapi lanskap keuangan yang dinamis di Asia-Pasifik. Seiring dengan meningkatnya permintaan akan layanan real-time, modernisasi infrastruktur menjadi esensial untuk mendukung proses transaksi secara cepat dan andal.
Dalam menghadapi tantangan pembayaran non-tunai di Asia-Pasifik, lingkungan berbasis cloud hadir sebagai solusi yang tidak hanya aman tetapi juga memungkinkan skalabilitas yang diperlukan, meningkatkan agilitas operasional, serta potensi penghematan biaya yang signifikan.
Untuk mencapai keberhasilan dalam transisi SaaS, membangun kemitraan strategis dengan penyedia solusi yang berpengalaman adalah langkah krusial. Kerjasama yang kokoh dan terpercaya dapat membantu lembaga keuangan menavigasi kompleksitas adopsi SaaS, memastikan integrasi yang mulus, dan mempercepat transformasi digital di sektor keuangan Asia-Pasifik.
Undangan Survei Bottomline
Selamat kepada Pelaku Industri Keuangan di Asia-Pasifik! Anda diundang untuk bergabung dalam survei Bottomline tahun 2024 guna membandingkan prioritas strategis, peta jalan produk, dan rencana inovasi Anda dengan para rekan seprofesi. Kesempatan ini memperkenankan Anda untuk mendalami tren teknologi yang menjadi prioritas industri saat ini. Akses juga wawasan berharga dari laporan tahun lalu yang berhasil menghimpun data dari lebih dari 900 bank dan lembaga keuangan global. Jangan lewatkan kesempatan untuk mengembangkan pemahaman Anda dalam menghadapi Tantangan Pembayaran Non-Tunai di Asia-Pasifik melalui survei ini.